SELINTAS PANDANG PELAKSANAAN
PEMILU LKM KUALO BARU LINGKAR BARAT
Ditulis oleh : Faskel CD TF 8
Suasana konsolidasi
dan persiapan menjelang Pemilu Ulang LKM Kualo Baru
|
Pemilu Ulang LKM
merupakan salah satu episode dari pelaksanaan siklus masyarakat sebagai tahapan
berikut setelah Pemetaan Swadaya. Bila Pemilu LKM/BKM dilakukan pada tahun awal
terbentuknya lembaga tersebut, maka Pemilu Ulang LKM/BKM merupakan pemilihan
pengurus kolektif LKM/BKM pada tahun ke-4 berjalannya lembaga tersebut.
LKM Kualo Baru
merupakan LKM yang terbentuk tahun 2010, sehingga pada tahun 2013 ini memasuki
tahun ke-4 dan telah melakukan rangkaian kegiatan mulai dari Refleksi
Kemiskinan dan Pemetaan Swadaya. Pada periode 2010-2013 koordinator kolektif
adalah Bapak Dulani, yang berprofesi sebagai tenaga pendidik di SMPN 20 Kota
Bengkulu.
Bapak Dulani dan
Kepala Kelurahan Lingkar Barat saat memberikan arahan dalam pelaksanaan Pemilu
Ulang LKM Siklus Tahun ke-4 2013
Proses
pelaksanaan Pemilu Ulang LKM/BKM secara teoritis atau bersumber pada Pedoman
Umum PNPM Perkotaan terkesan ‘njlimet’. Namun yang namanya pesta demokrasi
dimana-mana memang ‘njlimet’ karena menyangkut hak suara dan hak pilih. Toh pelaksanaannya
tetap simpel, lancar, terbuka/transparan. Dimulai dari pembentukan panitia
pemilihan dan panitia khusus/komisi yang menangani pelaksanaan pemilihan,
AD/ART LKM berikut kriteria pemilihan, serta yang menangani pengawasan terhadap
pelaksanaan pemilihan, rangkaian ini dilanjutkan dengan pemilihan utusan
tingkat basis yang selanjutnya akan dijadikan sebagai patron calon pengurus LKM
pada tingkat kelurahan. Mengingat waktu yang sudah ditentukan, pelaksanaan
rembug untuk persiapan pemilihan juga dirangkaikan dengan kegiatan lain
sehubungan siklus, yaitu sosialisasi, coaching/pembekalan dan pelaksanaan
tinjauan partisipatif.
Warga dan Tokoh Masyarakat Utusan Basis mengikuti tata tertib pelaksanaan Pemilu Ulang LKM Kualo Baru 2013 |
Pada pemilihan
tingkat kelurahan, setiap utusan dari tingkat basis memilih siapa saja calon
yang akan menduduki kepengurusan kolektif LKM untuk 3 tahun ke depan. Dalam
kertas suara yang diberikan, setiap utusan bebas menuliskan tokoh-tokoh yang
dianggap layak sesuai kriteria yang ditentukan untuk masuk dalam jajaran
pengurus. Bisa satu atau lebih nama yang ditulis, termasuk namanya sendiri.
Tanggal 13
Agustus 2013 lalu, Bapak Dulani kembali terpilih sebagai Koordinator Kolektif
LKM Kualo Lingkar Barat periode 2013-2015 yang akan bersama-sama dengan 10
orang yang mendapatkan suara terbanyak untuk melengkapi formasi 11 pengurus
kolektif LKM. Disaksikan oleh Kepala Lurah Lingkar Barat, pelaksanaan pemilihan
dituangkan dalam Berita Acara Kegiatan.
Ada beberapa hal
yang bisa dijadikan sebagai trending
topic terkait demokrasi dan demokratisasi ala Pemilu Ulang LKM. Bahwa
utusan warga dari tingkat basis bisa saling mengenal siapa saja utusan dari
basis (RT) lain dan kemudian terjadi penguatan lintas warga dalam hal informasi
menjadi potensi sumber daya, baik ide, pikiran, masukan, dan
channeling/kemitraan untuk program-program yang akan disusun.
Selain itu,
tidak terdapat ego dan politisasi apalagi manipulasi terhadap suara. Karena
dalam pemilihan ini, kriteria utama yang ditekankan adalah warga utusan tidak
membawa bendera politik apapun, meskipun beberapa di antaranya adalah tim
sukses maupun anggota parpol untuk Pemilu 2014. Dengan kata lain, pemilihan
ulang LKM secara sadar menjadi ajang demokrasi tanpa politik. Lalu warga bebas
memilih calon pengurus dan pemimpin tanpa tekanan dan tidak terkonsentrasi pada
1 orang tokoh. Pemilih bahkan bisa mengusulkan dirinya sebagai salah satu yang
akan terpilih. Dan transparansi serta keterbukaan untuk itu direalisasikan
dalam penentuan nama calon dan penghitungan suara terbanyak untuk calon yang
dipilih di depan semua warga. Tidak ada bisik-bisik dan ‘kontribusi imbal
balik’.
Pembelajaran
lain yang bisa dipetik adalah, siapa pun pemimpin dan pengurus lembaga
mempunyai tugas dan amanah yang memprioritas kemajuan dan kesejahteraan warga kelurahannya
sendiri. Warga yang tidak terpilih bukan menjadi oposisi, namun menjadi mitra
bersama. Karena ternyata tanpa kemitraan dengan sesama warga, program PNPM
Perkotaan mungkin belum tentu diterima oleh masyarakat.
Mungkinkah
Pemilu Ulang LKM bisa menjadi proses demokratis yang menjadi contoh bagi para
pengurus dan pengelola negara kita, Indonesia ?
0 komentar:
Posting Komentar