oleh tim 2
Di tengah derap dan gerak masyarakat yang semakin dinamis
dengan berbagai kompleksitas tuntutan dan kebutuhan untuk bertahan hidup ,
kerap membawa konsekuensi logis terhadap pendangkalan nilai-nilai humanitas, hingga nyaris tak tersisa dan menghadirkan
budaya individualis, materialis serta hedonis yang sangat kontradiktif dengan
budaya ketimuran dan jauh dari ilustrasi tatanan “masyarakat beradab”.
Namun, tetap diyakini, di tengah masyarakat yang telah
terkoyak seluruh sendi-sendi kehidupannya ini, sesungguhnya masih tersimpan
“tambang mutiara” yang tak ternilai harganya. Menggalinya membutuhkan ketekunan
dan kesabaran. Menemukannya membutuhkan serangkaian proses dan tahapan yang
tepat serta sistematis. Hal itulah yang digagas dan diharapkan melalui serangkaian
tahapan siklus PNPM Mandiri Perkotaan, yaitu menggali dan menemukan “tambang
mutiara” yang melekat pada diri orang baik. Keberadaan mereka sangat realistis.
Salah satunya ditemukan kel. semarang, kecamata Sungai Serut.
Ia adalah Koordinator BKM, Seluruh tahapan siklus PNPM
Mandiri Perkotaan diikuti dengan saksama, sembari berniat untuk belajar bersama
para AnggotaBKM, relawan dan Masyarakat lainnya. Tekadnya untuk mengabdikan diri dalam
upaya penanggulangan kemiskinan melalui program ini telah membatu. Keterlibatan
pak Waluyo sebagai pelaku PNPM Mandiri Perkotaan diawali dengan menjadi anggota
BKM. Ia berbagi cerita tentang ketertarikannya terlibat dalam kegiatan PNPM
Mandiri Perkotaan. “Saya tak bisa berpangku tangan melihat masih banyak tetangga
sekitar dan warga di tempatnya yang mengalami kesusahan. Ketika PNPM Mandiri
Perkotaan memberikan ruang untuk berperan sebagai Anggota BKM, dengan sepenuh
hati saya menyambut peluang itu,” katanya.
Ketika ditanya tentang suka-duka selama terlibat dalam kegiatan
PNPM Mandiri Perkotaan, pak Waluyo dengan mantap bercerita. “Kepuasan tak
terhingga manakala saya melihat peningkatan kesejahteraan tetangga dan
sahabat-sahabat yang mendapat manfaat dari program ini,” ungkapnya, dengan mata
berbinar. “Yang terasa sangat pedih dan memilukan adalah ketika saya disangka
paling banyak memanfaatkan dana PNPM Mandiri Perkotaan. Tapi, secepatnya saya
usir perasaan itu dan saya menganggapnya sebagai ujian,” tegasnya.
Hal inilah yang harus segera disadari. Sebab, tak jarang
kaum pria kurang memiliki kepedulian terhadap peningkatan kesejahteraan tetangganya.
Menjadi rasional rasanya ketika dalam gurauan ada yang menyatakan, “Keberdayaan
kaum lelaki terletak pada pikirannya.” Di sinilah semangat dan perjuangan pak
Waluyo sebagai representasi kaumnya harus tetap dihadirkan dan ditumbuhkembangkan.”.
Selamat berjuang, pak! Pengabdian mu
sangat dibutuhkan.
0 komentar:
Posting Komentar