SEBUAH RENUNGAN DARI
KELURAHAN SUKARAMI
OLEH
FASKEL CD TF 03
Tak kenal maka tak sayang, istilah tersebut merupakan idiom yang sangat
terkenal di negara ini. Pepatah ini mungkin bisa jadi benar bisa pula keliru,
mengingat Indonesia adalah negara timur yang terkenal berbudi luhur,
mengedepankan kegotongroyongan, dan
nilai-nilai humanis dengan corong vertikal Ketuhanan Yang Maha Esa.
Namun istilah
tersebut bisa jadi benar, seandainya nilai-nilai kepedulian, humanisme dan
tolong-menolong di Kelurahan Sukarami sepenuhnya sirna. Dan kebenaran ini akan
menjadi cerminan yang mewakili realitas kehidupan sosial di Indonesia umumnya
dan di Bengkulu khususnya saat ini. Berita-berita di media memperlihatkan
bagaimana Indonesia sedang dalam proses menuju degradasi di berbagai aspek
sosial.
Beberapa orang warga yang turut hadir saat itu
sudah lama prihatin dengan keadaan Ibu Nurbaiti di mana dengan sukarela turut
membantu mengurus administrasi untuk pengobatan di program Jamkeskot dan
lainnya. Namun karena ketidakjelasan prosedur, kurangnya informasi ditambah
urusan birokrasi yang rumit, menyebabkan warga seolah patah arang dan pasrah.
Meskipun begitu mereka tetap berharap dan berdoa ada pihak yang mau melihat dan
membantu keluarga Bpk. Mulyadi.
Pada kesempatan
tersebut, Ibu Camat Selebar tidak dapat memutuskan apa yang harus dilakukan
untuk mengatasinya, apalagi beliau baru kali ini melihat kondisi warga RT 19
Kelurahan Sukarami. Menurut keterangan warga, mereka telah melaporkannya ke
Ketua RT 19, namun belum ada informasi apakah laporan itu sudah sampai ke pihak
terkait yaitu Kelurahan, Kecamatan dan instansi pemerintah lainnya serta tindak
lanjut dari laporan tersebut.
Di
tengah keraguan itu, Tim Fasilitator 03 berinisiatif menghubungi beberapa tokoh
BKM khususnya di wilayah dampingan TF 03 untuk dapat memfasilitasi transportasi
dan akomodasi lainnya agar bisa membawa Ibu Nurbaiti ke RSUD M. Yunus. Respon
positif diperoleh dari BKM Panorama, yang secara kebetulan seorang pengurusnya
turut aktif di program sosial sebuah partai politik di Kota Bengkulu. Inisiatif
ini menggugah Camat Selebar (meskipun tidak diketahui apa motivasinya untuk
membatalkan rencana fasilitasi dari BKM Panorama tersebut).
Ibu Nurbaiti
kemudian di bawa ke Puskesmas terdekat, di mana rekomendasinya adalah agar si
penderita sesegera mungkin di bawa ke RSUD M.Yunus sebelum berakibat fatal.
Pada akhirnya disepakati bahwa Ibu Nurbaiti akan dibawa esok harinya ke RSUD
yang akan difasilitasi oleh pihak Kecamatan Selebar.
Keesokan harinya,
setelah meyakinkan Bpk. Mulyadi agar tidak khawatir dengan masalah biaya, Ibu
Nurbaiti dibawa ke RSUD M. Yunus. Masalah biaya perobatan akan diusahakan
semampu mungkin dengan melibatkan orang-orang yang concern dan tergerak hatinya untuk membantu. (Berdasarkan hasil
pemeriksaan lebih lanjut, Ibu Nurbaiti menderita TB Paru stadium akhir, di mana
menurut dokter untuk kasus tersebut sulit diperkirakan apakah pasien bisa sehat
atau tidak, karena berdasarkan kasus-kasus sebelumnya pasien tidak berumur
panjang. Informasi ini belum diberitahukan kepada pihak keluarga Bpk. Mulyadi).
Saat itu Tim Fasilitator 03 menegaskan bahwa
pada keadaan yang demikian, semua pihak, tidak perduli apakah dia warga RT 19
atau bukan, pengurus partai atau bukan, apapun status dan pekerjaannya, pada dasarnya harus membuka hati bahwa setiap
orang membutuhkan orang lain, dan setiap orang dapat membantu sesamanya
seikhlasnya. Membantu atas kepentingan dan kedekatan tertentu, suatu waktu bisa
menyebabkan runtuhnya rasa kepedulian dan tolong-menolong yang pernah ada.
Ketika nurani ini sudah tidak ada di tingkatan masyarakat, maka roboh pula
landasan dasar berdirinya negara ini. Dan saat pondasi ini roboh, dapat dipastikan
bangsa Indonesia, yang memiliki keragaman aspek sosial buah kebijaksanaan nenek
moyang dahulu akan menjadi bangsa yang kehilangan identitas, yang tidak akan
berdiri lama.
Kepedulian dan tolong-menolong bukan hanya
tugas dan tanggung jawab satu atau beberapa orang, atau pertalian dan
konektivitas perorangan maupun lintas lembaga tertentu saja. Kepedulian dan
tolong-menolong itu seperti tanaman, bila tidak dipupuk dan dirawat dengan
rajin dan ikhlas maka akan layu dan mati. Kita doakan agar Ibu Nurbaiti bisa
sembuh (dan mudah-mudahan pula prediksi dokter salah, bukan dalam artian
berharap agar tim dokter mengalami ketidakpercayaan publik).
0 komentar:
Posting Komentar