Rabu, 20 November 2013


SEBUAH RENUNGAN DARI  KELURAHAN SUKARAMI


OLEH FASKEL CD TF 03


Tak kenal maka tak sayang, istilah tersebut merupakan idiom yang sangat terkenal di negara ini. Pepatah ini mungkin bisa jadi benar bisa pula keliru, mengingat Indonesia adalah negara timur yang terkenal berbudi luhur, mengedepankan kegotongroyongan,  dan nilai-nilai humanis dengan corong vertikal Ketuhanan Yang Maha Esa.
Namun istilah tersebut bisa jadi benar, seandainya nilai-nilai kepedulian, humanisme dan tolong-menolong di Kelurahan Sukarami sepenuhnya sirna. Dan kebenaran ini akan menjadi cerminan yang mewakili realitas kehidupan sosial di Indonesia umumnya dan di Bengkulu khususnya saat ini. Berita-berita di media memperlihatkan bagaimana Indonesia sedang dalam proses menuju degradasi di berbagai aspek sosial. 
               
Di RT 19, Ibu Ica, salah seorang anggota BKM Maju Bersama Kelurahan Sukarami Kecamatan Selebar, mendapat arahan dan penugasan oleh Koordinator Kolektif BKM Bpk. Jarunadi, S.Hut untuk bersama-sama dengan Tim Fasilitator 03 Koorkot Kota PNPM-Perkotaan melakukan survey rencana kegiatan pemanfaatan BLM 2012. Dana BLM 2012 untuk Kelurahan Sukarami pagu dananya Rp 90.000.000,- dengan alokasi BLM I Rp 60.000.000,- dan BLM II Rp 30.000.000,- . Dana ini juga akan disertai dana APBD 2009 yang pada saat itu ditunda, dan diperkirakan besarannya adalah Rp 67.500.000,- (dari rencana semula Rp 80.000.000,-).
           
  Pelaksanaan survey tersebut diikuti oleh Lurah Sukarami dan Camat Selebar pada hari Senin, 16 April 2012 yang lalu. Survey dilakukan dalam kondisi cuaca mendung dan potensi hujan, namun kegiatan tetap dilaksanakan.  Ibu Ica mengarahkan peserta survey ke sebuah rumah warga di RT 19, yang menjadi target program untuk kegiatan rehab rumah warga miskin milik Bapak Mulyadi, 38 tahun. Yang membuat miris adalah ketika melihat Ibu Nurbaiti, 33 tahun tergeletak di lantai semen yang dialasi tikar. Ibu 2 anak yang masih keci-kecil ini, menurut Bpk. Mulyadi, suaminya, sudah kurang lebih 5 bulan tidak dapat berdiri karena sakit. Tubuh kurus itu belum diketahui mengidap penyakit apa, namun melihat kondisinya warga berasumsi menderita malaria dan thypus.

Beberapa orang warga yang turut hadir saat itu sudah lama prihatin dengan keadaan Ibu Nurbaiti di mana dengan sukarela turut membantu mengurus administrasi untuk pengobatan di program Jamkeskot dan lainnya. Namun karena ketidakjelasan prosedur, kurangnya informasi ditambah urusan birokrasi yang rumit, menyebabkan warga seolah patah arang dan pasrah. Meskipun begitu mereka tetap berharap dan berdoa ada pihak yang mau melihat dan membantu keluarga Bpk. Mulyadi. 
                Pada kesempatan tersebut, Ibu Camat Selebar tidak dapat memutuskan apa yang harus dilakukan untuk mengatasinya, apalagi beliau baru kali ini melihat kondisi warga RT 19 Kelurahan Sukarami. Menurut keterangan warga, mereka telah melaporkannya ke Ketua RT 19, namun belum ada informasi apakah laporan itu sudah sampai ke pihak terkait yaitu Kelurahan, Kecamatan dan instansi pemerintah lainnya serta tindak lanjut dari laporan tersebut. 
                Di tengah keraguan itu, Tim Fasilitator 03 berinisiatif menghubungi beberapa tokoh BKM khususnya di wilayah dampingan TF 03 untuk dapat memfasilitasi transportasi dan akomodasi lainnya agar bisa membawa Ibu Nurbaiti ke RSUD M. Yunus. Respon positif diperoleh dari BKM Panorama, yang secara kebetulan seorang pengurusnya turut aktif di program sosial sebuah partai politik di Kota Bengkulu. Inisiatif ini menggugah Camat Selebar (meskipun tidak diketahui apa motivasinya untuk membatalkan rencana fasilitasi dari BKM Panorama tersebut).
                Ibu Nurbaiti kemudian di bawa ke Puskesmas terdekat, di mana rekomendasinya adalah agar si penderita sesegera mungkin di bawa ke RSUD M.Yunus sebelum berakibat fatal. Pada akhirnya disepakati bahwa Ibu Nurbaiti akan dibawa esok harinya ke RSUD yang akan difasilitasi oleh pihak Kecamatan Selebar. 
                Keesokan harinya, setelah meyakinkan Bpk. Mulyadi agar tidak khawatir dengan masalah biaya, Ibu Nurbaiti dibawa ke RSUD M. Yunus. Masalah biaya perobatan akan diusahakan semampu mungkin dengan melibatkan orang-orang yang concern dan tergerak hatinya untuk membantu. (Berdasarkan hasil pemeriksaan lebih lanjut, Ibu Nurbaiti menderita TB Paru stadium akhir, di mana menurut dokter untuk kasus tersebut sulit diperkirakan apakah pasien bisa sehat atau tidak, karena berdasarkan kasus-kasus sebelumnya pasien tidak berumur panjang. Informasi ini belum diberitahukan kepada pihak keluarga Bpk. Mulyadi).
Saat itu Tim Fasilitator 03 menegaskan bahwa pada keadaan yang demikian, semua pihak, tidak perduli apakah dia warga RT 19 atau bukan, pengurus partai atau bukan, apapun status dan pekerjaannya,  pada dasarnya harus membuka hati bahwa setiap orang membutuhkan orang lain, dan setiap orang dapat membantu sesamanya seikhlasnya. Membantu atas kepentingan dan kedekatan tertentu, suatu waktu bisa menyebabkan runtuhnya rasa kepedulian dan tolong-menolong yang pernah ada. Ketika nurani ini sudah tidak ada di tingkatan masyarakat, maka roboh pula landasan dasar berdirinya negara ini. Dan saat pondasi ini roboh, dapat dipastikan bangsa Indonesia, yang memiliki keragaman aspek sosial buah kebijaksanaan nenek moyang dahulu akan menjadi bangsa yang kehilangan identitas, yang tidak akan berdiri lama.
Kepedulian dan tolong-menolong bukan hanya tugas dan tanggung jawab satu atau beberapa orang, atau pertalian dan konektivitas perorangan maupun lintas lembaga tertentu saja. Kepedulian dan tolong-menolong itu seperti tanaman, bila tidak dipupuk dan dirawat dengan rajin dan ikhlas maka akan layu dan mati. Kita doakan agar Ibu Nurbaiti bisa sembuh (dan mudah-mudahan pula prediksi dokter salah, bukan dalam artian berharap agar tim dokter mengalami ketidakpercayaan publik).

0 komentar:

Posting Komentar