Rabu, 20 November 2013

oleh tim 2


Di tengah derap dan gerak masyarakat yang semakin dinamis dengan berbagai kompleksitas tuntutan dan kebutuhan untuk bertahan hidup , kerap membawa konsekuensi logis terhadap pendangkalan nilai-nilai humanitas,  hingga nyaris tak tersisa dan menghadirkan budaya individualis, materialis serta hedonis yang sangat kontradiktif dengan budaya ketimuran dan jauh dari ilustrasi tatanan “masyarakat beradab”.
Namun, tetap diyakini, di tengah masyarakat yang telah terkoyak seluruh sendi-sendi kehidupannya ini, sesungguhnya masih tersimpan “tambang mutiara” yang tak ternilai harganya. Menggalinya membutuhkan ketekunan dan kesabaran. Menemukannya membutuhkan serangkaian proses dan tahapan yang tepat serta sistematis. Hal itulah yang digagas dan diharapkan melalui serangkaian tahapan siklus PNPM Mandiri Perkotaan, yaitu menggali dan menemukan “tambang mutiara” yang melekat pada diri orang baik. Keberadaan mereka sangat realistis. Salah satunya ditemukan kel. semarang, kecamata Sungai Serut.
Ia adalah Koordinator BKM, Seluruh tahapan siklus PNPM Mandiri Perkotaan diikuti dengan saksama, sembari berniat untuk belajar bersama para AnggotaBKM, relawan dan Masyarakat  lainnya. Tekadnya untuk mengabdikan diri dalam upaya penanggulangan kemiskinan melalui program ini telah membatu. Keterlibatan pak Waluyo sebagai pelaku PNPM Mandiri Perkotaan diawali dengan menjadi anggota BKM. Ia berbagi cerita tentang ketertarikannya terlibat dalam kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan. “Saya tak bisa berpangku tangan melihat masih banyak tetangga sekitar dan warga di tempatnya yang mengalami kesusahan. Ketika PNPM Mandiri Perkotaan memberikan ruang untuk berperan sebagai Anggota BKM, dengan sepenuh hati saya menyambut peluang itu,” katanya.
Ketika ditanya tentang suka-duka selama terlibat dalam kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan, pak Waluyo dengan mantap bercerita. “Kepuasan tak terhingga manakala saya melihat peningkatan kesejahteraan tetangga dan sahabat-sahabat yang mendapat manfaat dari program ini,” ungkapnya, dengan mata berbinar. “Yang terasa sangat pedih dan memilukan adalah ketika saya disangka paling banyak memanfaatkan dana PNPM Mandiri Perkotaan. Tapi, secepatnya saya usir perasaan itu dan saya menganggapnya sebagai ujian,” tegasnya.

Hal inilah yang harus segera disadari. Sebab, tak jarang kaum pria kurang memiliki kepedulian terhadap peningkatan kesejahteraan tetangganya. Menjadi rasional rasanya ketika dalam gurauan ada yang menyatakan, “Keberdayaan kaum lelaki terletak pada pikirannya.” Di sinilah semangat dan perjuangan pak Waluyo sebagai representasi kaumnya harus tetap dihadirkan dan ditumbuhkembangkan.”. Selamat berjuang, pak! Pengabdian mu sangat dibutuhkan.

0 komentar:

Posting Komentar